*** Homoseksualitas, normal atau abnormal ?
Kasus :
Kris seorang pria berusia 27 tahun merasa sedih dan kesepian karena kekasihnya
ditugaskan ke luar kota dalam waktu yang
cukup
lama. Kekasihnya adalah seorang laki-laki
mapan berusia 35 tahun.
Kris merasakan khawatir dengan hubungan yang
dijalaninya
ini,
tetapi ia meyakini bahwa ini adalah pilihan hidupnya yang
terbaik.
Kris sehari-harinya
menjalankan
pekerjaan sebagai seorang pegawai swasta.
Kris tergabung dalam komunitas
yang
sama dengan dirinya, dimana mereka dapat saling mengerti, menerima, dan memahami tanpa adanya prasangka satu sama lainnya
Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai orientasi seksual,
homoseksualitas mengacu kepada "pola berkelanjutan atau disposisi untuk
pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis" terutama
atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama,
"Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas
pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan
keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu.
Konsensus ilmu-ilmu perilaku dan sosial dan juga profesi kesehatan dan
kesehatan kejiwaan menyatakan bahwa homoseksualitas adalah aspek normal
dalam orientasi seksual manusia.
Homoseksualitas bukanlah penyakit kejiwaan dan bukan penyebab efek
psikologis negatif; prasangka terhadap kaum homoseksual-lah yang menyebabkan efek semacam itu.
Para pria atau laki-laki dengan gangguan identitas gender yang tertarik secara seksual kepada kaum pria atau laki-laki cenderung memiliki sejarah dysphoria gender yang lebih lama (misalnya kesedihan yang ekstrem) terkait dengan identitas gender sebagai suatu gangguan, khususnya ketika mendiagnosis seorang anak. timbul beberapa argumentasi. Pertama, gangguan identitas gender tidak lebih dari suatu variasi normal dan tidak ekstrem, dalam perilaku yang terkait dengan gender. Kedua, mereka menekankan bahwa anak-anak yang berada dalam kondisi ini tidak mengalami tekanan atau merasa tidak mampu, kecuali apabila dikaitkan dengan reaksi yang dimunculkan oleh lingkungan sosial yang harus mereka hadapi. Ketiga, gangguan identitas gender yang terjadi pada anak-anak merupakan prediktor munculnya orientasi homoseksual pada masa dewasa.
Dalam mendukung dugaan adanya pandangan bahwa kondisi yang terkait dengan gender ini sebagai suatu gangguan adalah kepercayaan bahwa sebagian besar orang dengan kondisi ini mengalami tekanan yang intens yang jauh lebih besar dari reaksi yang mereka bayangkan akan mereka dapatkan dari lingkungan.
Homoseksual bukan merupakan gangguan psikologis jika tidak menimbulkan gangguan internal pada orang yang mempunyai orientasi seks sejenis tersebut. Orientasi seksual adalah sejauh mana seseorang secara erotis tertarik terhadap anggota dari jenis kelamin yang sama ataupun yang berlawanan dengan dirinya.
analisa kasus :
"homoseksualitas itu NORMAL"
1. tidak adanya disfungsi psikologis, kris tetap bisa menjalani peran/ fungsi kehidupannya sehari-hari sebagai seorang pegawai swasta, walaupun ia merasa kesepian, sedih, dan khawatir terhadap hubungan jarak jauh yang dijalaninya dengan kekasihnya itu yang juga seorang pria.
2. tidak adanya distress; impairment, dalam hal ini, kris tidak merusak dirinya baik secara fisik atau psikologis
3. tidak adanya respon atipikal, dalam hal ini kris masuk dalam komunitas yang sama dengannya. jadi ia tidak pernah merasa sendiri dan juga dalam komunitas itu mereka bisa saling mengerti, menerima, dan memahami tanpa adanya prasangka satu sama lainnya.
*** referensi :
> http://id.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas
> Halgin, R & Krauss, S. W. 2010. Psikologi Abnormal : Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis, Jakarta : Salemba Humanika. Edisi 6. Buku Pertama
> http://www.anneahira.com/jurnal-psikologi-abnormal.htm