Minggu, 26 Februari 2012

case 4 atau kasus 4

 case 4 ....

Ibu H merasa bahwa sejak ia hamil anak ketiga, ia dapat merasakan apa yang akan terjadi di 
masa depan. Misalnya hanya dengan melihat wajah orang, H tahu orang itu baik atau jahat. 
Keadaan ini kadang-kadang mengganggu ketenangannya. Ia juga mengaku bahwa  
kemampuan seperti itu juga dimiliki ibunya sebelum meninggal. Menurut cerita keluarga,  
ibunya masih memiliki hubungan dengan kiai sakti dari Cirebon. 

analisa nya :

1.     Disfungsi psikologisnya ADA, afektifnya : dapat merasakan apa yang akan terjadi di masa depan

2.     Distres nya TIDAK ADA

3.   Respon atipikal TIDAK ADA


Kesimpulannya, ibu H normal :)




 

ryan "homoseksualitas dan membunuh"


Kasus Ryan “Homoseksual” dan pembunuh



Minggu, 19 Februari 2012

Homoseksualitas, normal atau abnormal ?

*** Homoseksualitas, normal atau abnormal ?

Kasus :
 
Kris seorang pria berusia 27 tahun merasa sedih dan kesepian karena kekasihnya  
ditugaskan ke luar kota dalam waktu yang cukup lama. Kekasihnya adalah seorang laki-laki  
mapan berusia 35 tahun. Kris merasakan khawatir dengan hubungan yang dijalaninya ini,  
tetapi ia meyakini bahwa ini adalah pilihan hidupnya yang terbaik. Kris sehari-harinya  
menjalankan pekerjaan sebagai seorang pegawai swasta. Kris tergabung dalam komunitas 
yang sama dengan dirinya, dimana mereka dapat saling mengerti, menerima, dan memahami tanpa adanya prasangka satu sama lainnya

Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada "pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis" terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama, "Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu. 

Konsensus ilmu-ilmu perilaku dan sosial dan juga profesi kesehatan dan kesehatan kejiwaan menyatakan bahwa homoseksualitas adalah aspek normal dalam orientasi seksual manusia. Homoseksualitas bukanlah penyakit kejiwaan dan bukan penyebab efek psikologis negatif; prasangka terhadap kaum homoseksual-lah yang menyebabkan efek semacam itu.
Para pria atau laki-laki dengan gangguan identitas gender yang tertarik secara seksual kepada kaum pria atau laki-laki cenderung memiliki sejarah dysphoria gender yang lebih lama (misalnya kesedihan yang ekstrem) terkait dengan identitas gender sebagai suatu gangguan, khususnya ketika mendiagnosis seorang anak. timbul beberapa argumentasi. Pertama,  gangguan identitas gender tidak lebih dari suatu variasi normal dan tidak ekstrem, dalam perilaku yang terkait dengan gender. Kedua, mereka menekankan bahwa anak-anak yang berada dalam kondisi ini tidak mengalami tekanan atau merasa tidak mampu, kecuali apabila dikaitkan dengan reaksi yang dimunculkan oleh lingkungan sosial yang harus mereka hadapi. Ketiga, gangguan identitas gender yang terjadi pada anak-anak merupakan prediktor munculnya orientasi homoseksual pada masa dewasa.
Dalam mendukung dugaan adanya pandangan bahwa kondisi yang terkait dengan gender ini sebagai suatu gangguan adalah kepercayaan bahwa sebagian besar orang dengan kondisi ini mengalami tekanan yang intens yang jauh lebih besar dari reaksi yang mereka bayangkan akan mereka dapatkan dari lingkungan.

Homoseksual bukan merupakan gangguan psikologis jika tidak menimbulkan gangguan internal pada orang yang mempunyai orientasi seks sejenis tersebut. Orientasi seksual adalah sejauh mana seseorang secara erotis tertarik terhadap anggota dari jenis kelamin yang sama ataupun yang berlawanan dengan dirinya.

analisa kasus : 
"homoseksualitas itu NORMAL"
1. tidak adanya disfungsi psikologis, kris tetap bisa menjalani peran/ fungsi kehidupannya sehari-hari sebagai seorang pegawai swasta, walaupun ia merasa kesepian, sedih, dan khawatir terhadap hubungan jarak jauh yang dijalaninya dengan kekasihnya itu yang juga seorang pria.
2. tidak adanya distress; impairment, dalam hal ini, kris tidak merusak dirinya baik secara fisik atau psikologis
3. tidak adanya respon atipikal, dalam hal ini kris masuk dalam komunitas yang sama dengannya. jadi ia tidak pernah merasa sendiri dan juga dalam komunitas itu mereka bisa saling mengerti, menerima, dan memahami tanpa adanya prasangka satu sama lainnya.




*** referensi :

> http://id.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas
> Halgin, R & Krauss, S. W. 2010. Psikologi Abnormal : Perspektif Klinis pada Gangguan  Psikologis, Jakarta : Salemba Humanika. Edisi 6. Buku Pertama
> http://www.anneahira.com/jurnal-psikologi-abnormal.htm



Sabtu, 18 Februari 2012

ciri-ciri abnormalitas

*** Ciri-ciri abnormalitas :

1.) Disfungsi psikologis adalah tidak bisa menjalani fungsi atau peran dalam kehidupan


2.) Distres adalah pengalaman kesakitan emosional atau fisik yang biasanya terjadi dalam hidup. suatu waktu, tingkat kesakitan tersebut bisa menjadi sangat besar sehingga individu sulit untuk berfungsi.
Kesakitan psikologis, seperti depresi mendalam atau kecemasan hebat yang terjadi pada individu, dan kekacauan emosional setelah mengalami peristiwa yang menyebabkan traumatis. Impairment adalah berkurangnya kemampuan seseorang untuk berfungsi pada taraf optimal atau bahkan pada taraf rata-rata.
Sebagai contoh, ketika seseorang minum alkohol terlalu banyak, maka fungsi persepsi dan kognitifnya mengalami kerusakan dan akan berbahaya jika ia dalam keadaan menyetir mobil.
>>> jadi dalam kata lain, distress; impairment (hendaya) adalah merusak dirinya sendiri baik secara fisik ataupun psikologis 


3.) Respon atipikal adalah reaksi yang tidak sesuai dengan keadaan sosiokultural yang berlaku : sesuai dengan belief dalam lingkungannya atau secara kultural tidak diharapkan.






***referensi : 

catatan psikologi abnormal, senin : 20 februari 2012

Halgin, R & Krauss, S. 2010. Psikologi Abnormal : Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis, Jakarta : Penerbit Salemba Humanika. Edisi 6. Buku pertama.