Anders Breivik
Pada
22 Juli 2011 Breivik, dengan mengenakan pakaian polisi, meledakkan bom mobil di
dekat kantor pemerintah di ibukota Oslo, yang menewaskan 8 (delapan) orang.
Masih
dengan seragam tersebut ia menuju Pulau Utoeya, yang menjadi lokasi kemah musim
panas organisasi pemuda Partai Buruh yang berkuasa.
Di
pulau ini Breivik melakukan aksi penembakan selama lebih dari satu jam
menewaskan 69 orang.
Dalam
manifesto yang ia terbitkan di internet, Breivik mengatakan berjuang untuk
membela Eropa dari invasi orang-orang Islam.
Invasi
Muslim ini, kata Breivik, dimungkinkan oleh kebijakan yang terapkan Partai
Buruh di Norwegia dan Uni Eropa.
Dalam
serangan di pulau itu, 69 orang tewas dan sebanyak 34 orang adalah anak muda
berusia antara 14 hingga 17 tahun. Puluhan lainnya menderita luka-luka.
Sebelum menembak korban pertamanya, Breivik menuturkan dia mendengar '100
suara' di kepalanya agar mengurungkan niatnya itu. Namun, setelah sempat ragu,
dia akhirnya menembak dua korban pertamanya di kepala dan terus berjalan.
Breivik
menjelaskan dia mengisi ulang senjatanya saat kehabisan peluru.
"Semua
memohon agar tidak dibunuh. Saya tembak mereka semua di kepala," kata
Breivik.
Beberapa orang,
lanjut Breivik, berpura-pura mati namun dia mengetahuinya dan tetap menembak
mereka.
Breivik
melanjutkan aksinya di sekeliling pulau. Dia membujuk para pemuda itu keluar
dari persembunyiannya dengan mengatakan bahwa dia adalah polisi yang datang
untuk melindungi mereka.
Wartawan BBC
Steven Rosenberg yang hadir di dalam sidang mengatakan keheningan di ruang
sidang berubah menjadi tangis ketika Breivik mengungkapkan kisahnya itu.
Anders Breivik mengaku melakukan serangan
'paling spektakuler'
"Saya
telah melaksanakan serangan yang paing spektakuler dan canggih di Eropa sejak
Perdang Dunia II," kata Anders Breivik di ruang pengadilan.
Dia
mengaku melakukan serangan bom di Oslo dan menembaki para peserta perkemahan
pemuda di Pulau Utoeya, namun menyatakan tidak bersalah atas dakwaan teror dan
pembunuhan massal.
"Tindakan
itu didasarkan pada kebaikan, bukan setan," tuturnya dan menambahkan dia akan
melakukannya serangan yang sama.
Breivik
juga mengatakan tindakannya itu diinspirasi dari al-Qaeda dan dia menyangka dia
masih hidup pada hari serangan tersebut.
Ketika
mengakhiri pernyataannya -karena dipaksa oleh hakim- dia mengatakan bertindak
untuk membela Norwegia dalam melawan imigrasi dan multikulturalisme.
Hakim
berulang kali menyela untuk meminta Breivik mempersingkat pernyataannya namun
beberapa kali pula dia berkeras menegaskan masih ada yang ingin dia sampaikan.
Sebelumnya,
tim penasehat hukumnya mengingatkan kalau banyak warga Norwegia yang akan marah
dengan pernyataan Breivik.
Salah
seorang di antaranya, Geir Lippestead, mengatakan bisa memahami keprihatinan
keluarga korban bahwa Breivik menggunakan pengadilan sebagai mimbar untuk
menyampaikan pernyataan, namun menegaskan bahwa Breivik mempunyai hak untuk
menjelaskan tindakannya.
Pembelaan
dan kesaksian Breivik, yang diperkirakan berlangsung selama lima hari, tidak
akan disiarkan kepada khalayak umum.
Wartawan
BBC, Matthew Price, yang meliput sidang mengatakan bukti-bukti yang disampaikan
Breivik amat penting jika dia dinyatakan waras. Sidang ini dihadiri oleh para
psikiater untuk mengamati kondisi kejiwaan Breivik.
Salah
satu pertanyaan yang masih membayang-banyangi pengadilan yang akan berakhir
sepuluh pekan mendatang adalah kondisi jiwa Breivik, yang pernah mengatakan
tidak mengenal ruang pengadilan.
Selama persidangan, Breivik tampak tidak
memperlihatkan emosi namun meneteskan air mata ketika pengadilan memutar video
anti-Islam sepanjang 12 menit yang diterbitkannya di internet pada hari
penyerangan.
Pengacaranya
mengatakan dia tampaknya menangis karena merasa serangannya kejam namun
dibutuhkan untuk 'menyelamatkan Eropa dari perang yang sedang berlangsung.'
Ruang sidang khusus
Sidang
sempat terhenti dan salah seorang dari tiga juri yang merupakan warga biasa
-yang di Norwegia ikut mendampingi hakim profesional untuk mengamil keputusan-
dihentikan karena pernah mengatakan Breivik sebaiknya dijatuhi hukuman mati.
Thomas
Indreboe diganti oleh seorang hakim warga biasa yang Senin kemarin menghadiri
sidang.
Breivik
meledakkan sebuah bom yang ditaruh di mobil barang di luar kantor pemerintah di
Oslo pada tanggal 22 Juli dengan korban jiwa delapan orang.
Dia
kemudian pergi ke Pulau Utoeya dengan mengenakan seragam polisi dan melepas tembakan
secara serampangan ke arah peserta perkemahan pemuda yang dilakukan Partai
Buruh yang memerintah di Norwegia.
Dalam
serangan di pulau itu, 69 orang tewas dan sebanyak 34 orang adalah anak muda
berusia antara 14 hingga 17 tahun. Puluhan lainnya menderita luka-luka.
Dia
menghadapi ancaman hukuman 21 tahun penjara yang bisa diperpanjang sehingga
berada di dalam penjara sepanjang hidupnya.
Ruang
sidang untuk Breivik ini disengaja dibangun khusus dengan kapasitas 200
pengunjung. Sebuah dinding kaca ditempatkan untuk memisahkan para korban dan
keluarga korban dari Breivik.
Mekanisme
perlindungan
Sebuah tugu
peringatan mengenang para korban dibangun di Pulau Utoeya, Norwegia.
Breivik
mengakui telah membunuh 77 orang namun menolak jika dia dianggap melakukan
kejahatan. Dia mengatakan tengah melindungi Norwegia dari ancaman
multikulturalisme.
Dia mengatakan telah melakukan
sebuah aksi penting saat melakukan pengeboman kantor pemerintah di Oslo.
"Namun
penembakan Utoeya menjadi yang terpenting saat kantor pemerintah tidak ambruk
seperti yang direncanakan," ujarnya.
Hukuman Breivik
tergantung keputusan pengadilan soal kewarasannya. Jika waras maka Breivik akan
menghadapi hukuman penjara, namun jika dianggap gila maka dia akan dikirim ke
rumah sakit jiwa.
Breivik sendiri mengaku dirinya
tidak gila namun dia adalah pelaku politik ekstrim.
Dalam
pernyataan lain di depan pengadilan, Breivik mengaku dia adalah manusia normal
dalam situasi normal dan sangat peduli dengan orang di sekitarnya.
Dia juga
memahami bahwa kesaksian yang dipaparkan di pengadilan membuat orang lain
ketakutan.
Tetapi, lanjut Breivik, dia telah
menjalani program 'dehumanisasi' pada 2006 untuk mempersiapkan dirinya
melakukan pembunuhan.
Pria berusia 33 tahun itu
menambahkan memunculkan empati sangat tidak mungkin, karena dia akan ambruk
secara mental jika mencoba memahami apa yang telah dia lakukan.
Saat ditanya
apakah dia pernah merasakan kesedihan, Breivik
mengatakan dirinya pernah berada dalam sebuah situasi menyedihkan.
"Saat pemakaman saudara teman
saya. Itulah saat yang paling menyedihkan," ujar Breivik.
Para
ahli jiwa mengatakan Breivik mengidap paranoid schizophrenia,
yang meyakini ia telah dipilih untuk menyelamatkan rakyat Norwegia.
Breivik
juga yakin ia berhak untuk menentukan mana yang seharusnya dibiarkan hidup dan
mana yang harus mati.
Kesimpulan
tim psikiater yang tercantum dalam laporan setebal 243 halaman ini akan diuji
oleh satu tim panel organisasi medis Norwegia.
Meski
dinyatakan tidak sehat secara kejiwaan, ia masih akan menjalani persidangan
April tahun depan dalam kasus ledakan bom di Oslo dan penembakan puluhan orang
di Pulau Utoeya.
Breivik
telah mengakui dakwaan yang dijatuhkan kepadanya namun menegaskan dirinya tidak
bersalah.
Rumah sakit jiwa
Breivik
mengatakan tindakan yang ia ambil bisa dikatakan kejam namun merasa tindakan
tersebut perlu diambil.
Namun
besar kemungkinan ia akan dikirim ke rumah sakit jiwa, bukan ke penjara,
setelah menjalani proses hukum.
Sebelum
keterangan resmi mengenai kondisi kejiwaan Breivik diumumkan, pengacaranya
mengatakan Breivik tidak boleh dibiarkan bebas.
"Untuk
kasus ini, apa pun kesimpulannya, Breivik harus tetap dikurung," kata John
Christian Elden, pengacara Breivik.
"Jangan
biarkan ia bebas di luar," tandasnya.
Analisa yuk ...
Anders Breivik termasuk dalam kategori abnormal
dengan penyakit kejiwaan yaitu skizofrenia paranoid dan dipertegas juga oleh
tim psikiater yang memeriksa breivik. Adapun ciri-ciri skizofrenia paranoid
antara lain :
1.
Breivik mengalami halusinasi
yaitu
persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal
tersebut hanyalah khayalan. Misalnya breivik mendengar 100 suara di kepalanya
agar mengurungkan niatnya untuk menembak korban pertamanya, namun setelah
sempat ragu, akhirnya breivik tetap menembak korban pertamanya dan t6erus
berlanjut hingga korban yang terakhir.
2. Breivik mengalami waham kebesaran
(delusion of grandeur) yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan
kekuatan serta menjadi orang penting. Misalnya, Breivik sendiri
mengaku dirinya tidak gila namun dia adalah pelaku politik ekstrim dan juga dia
merasa telah menjalani program 'dehumanisasi' pada tahun 2006 untuk
mempersiapkan dirinya melakukan pembunuhan.
3. Breivik mengalami waham
pengaruh (delusion of influences) yaitu keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang
mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Misalnya, breivik mengatakan tengah melindungi Norwegia dari
ancaman multikulturalisme dan breivik juga mengatakan telah melakukan sebuah
aksi penting saat melakukan pengeboman kantor pemerintah di Oslo. Breivik
juga yakin ia berhak untuk menentukan mana yang seharusnya dibiarkan hidup dan
mana yang harus mati.
4. Adanya gangguan emosi, yaitu diperlihatkan dalam Selama persidangan,
Breivik tampak tidak memperlihatkan emosi namun meneteskan air mata ketika
pengadilan memutar video anti-Islam sepanjang 12 menit yang diterbitkannya di
internet pada hari penyerangan.
5. Adanya
gangguan afektif, yaitu breivik tidak merasakan rasa empati, itu juga
ditunjukkannya selama persidangan, karena jika dia
merasakan empati tersebut, dia akan ambruk secara mental jika mencoba memahami
apa yang telah dia lakukan. Breivik hanya pernah merasakan kesedihan saat
pemakaman saudara temannya.
Notes :
Breivik mengaku
melakukan serangan bom di Oslo dan menembaki para peserta perkemahan pemuda di
Pulau Utoeya, namun menyatakan tidak bersalah atas dakwaan teror dan pembunuhan
massal. Breivik mengatakan berjuang untuk membela Eropa dari invasi orang-orang
Islam. Invasi Muslim ini, kata Breivik, dimungkinkan oleh kebijakan yang
terapkan Partai Buruh di Norwegia dan Uni Eropa.
Dalam surat yang
ditulis oleh Anders Breivik, bahwa dikirim ke rumah sakit jiwa merupakan nasib
yang lebih buruk daripada hukuman mati.
Menurut breivik ,"Mengirim seorang aktivis politik ke rumah sakit jiwa lebih sadis dan lebih jahat dari membunuhnya ! karena hal itu merupakan nasib yang lebih buruk dari kematian.
Sumber :