Minggu, 06 Mei 2012

analisa kasus "ANDERS BREIVIK"


Anders Breivik


Pada 22 Juli 2011 Breivik, dengan mengenakan pakaian polisi, meledakkan bom mobil di dekat kantor pemerintah di ibukota Oslo, yang menewaskan 8 (delapan) orang.

Masih dengan seragam tersebut ia menuju Pulau Utoeya, yang menjadi lokasi kemah musim panas organisasi pemuda Partai Buruh yang berkuasa.

Di pulau ini Breivik melakukan aksi penembakan selama lebih dari satu jam menewaskan 69 orang.

Dalam manifesto yang ia terbitkan di internet, Breivik mengatakan berjuang untuk membela Eropa dari invasi orang-orang Islam.

Invasi Muslim ini, kata Breivik, dimungkinkan oleh kebijakan yang terapkan Partai Buruh di Norwegia dan Uni Eropa.

Dalam serangan di pulau itu, 69 orang tewas dan sebanyak 34 orang adalah anak muda berusia antara 14 hingga 17 tahun. Puluhan lainnya menderita luka-luka.

Sebelum menembak korban pertamanya, Breivik menuturkan dia mendengar '100 suara' di kepalanya agar mengurungkan niatnya itu. Namun, setelah sempat ragu, dia akhirnya menembak dua korban pertamanya di kepala dan terus berjalan.

Breivik menjelaskan dia mengisi ulang senjatanya saat kehabisan peluru.

"Semua memohon agar tidak dibunuh. Saya tembak mereka semua di kepala," kata Breivik.

Beberapa orang, lanjut Breivik, berpura-pura mati namun dia mengetahuinya dan tetap menembak mereka.

Breivik melanjutkan aksinya di sekeliling pulau. Dia membujuk para pemuda itu keluar dari persembunyiannya dengan mengatakan bahwa dia adalah polisi yang datang untuk melindungi mereka.

Wartawan BBC Steven Rosenberg yang hadir di dalam sidang mengatakan keheningan di ruang sidang berubah menjadi tangis ketika Breivik mengungkapkan kisahnya itu.

Anders Breivik mengaku melakukan serangan 'paling spektakuler'

"Saya telah melaksanakan serangan yang paing spektakuler dan canggih di Eropa sejak Perdang Dunia II," kata Anders Breivik di ruang pengadilan.

Dia mengaku melakukan serangan bom di Oslo dan menembaki para peserta perkemahan pemuda di Pulau Utoeya, namun menyatakan tidak bersalah atas dakwaan teror dan pembunuhan massal.

"Tindakan itu didasarkan pada kebaikan, bukan setan," tuturnya dan menambahkan dia akan melakukannya serangan yang sama.

Breivik juga mengatakan tindakannya itu diinspirasi dari al-Qaeda dan dia menyangka dia masih hidup pada hari serangan tersebut.

Ketika mengakhiri pernyataannya -karena dipaksa oleh hakim- dia mengatakan bertindak untuk membela Norwegia dalam melawan imigrasi dan multikulturalisme.

Hakim berulang kali menyela untuk meminta Breivik mempersingkat pernyataannya namun beberapa kali pula dia berkeras menegaskan masih ada yang ingin dia sampaikan.
Sebelumnya, tim penasehat hukumnya mengingatkan kalau banyak warga Norwegia yang akan marah dengan pernyataan Breivik.

Salah seorang di antaranya, Geir Lippestead, mengatakan bisa memahami keprihatinan keluarga korban bahwa Breivik menggunakan pengadilan sebagai mimbar untuk menyampaikan pernyataan, namun menegaskan bahwa Breivik mempunyai hak untuk menjelaskan tindakannya.

Pembelaan dan kesaksian Breivik, yang diperkirakan berlangsung selama lima hari, tidak akan disiarkan kepada khalayak umum.

Wartawan BBC, Matthew Price, yang meliput sidang mengatakan bukti-bukti yang disampaikan Breivik amat penting jika dia dinyatakan waras. Sidang ini dihadiri oleh para psikiater untuk mengamati kondisi kejiwaan Breivik.

Salah satu pertanyaan yang masih membayang-banyangi pengadilan yang akan berakhir sepuluh pekan mendatang adalah kondisi jiwa Breivik, yang pernah mengatakan tidak mengenal ruang pengadilan.

Selama persidangan, Breivik tampak tidak memperlihatkan emosi namun meneteskan air mata ketika pengadilan memutar video anti-Islam sepanjang 12 menit yang diterbitkannya di internet pada hari penyerangan.

Pengacaranya mengatakan dia tampaknya menangis karena merasa serangannya kejam namun dibutuhkan untuk 'menyelamatkan Eropa dari perang yang sedang berlangsung.'

Ruang sidang khusus                   

Sidang sempat terhenti dan salah seorang dari tiga juri yang merupakan warga biasa -yang di Norwegia ikut mendampingi hakim profesional untuk mengamil keputusan- dihentikan karena pernah mengatakan Breivik sebaiknya dijatuhi hukuman mati.

Thomas Indreboe diganti oleh seorang hakim warga biasa yang Senin kemarin menghadiri sidang.

Breivik meledakkan sebuah bom yang ditaruh di mobil barang di luar kantor pemerintah di Oslo pada tanggal 22 Juli dengan korban jiwa delapan orang.

Dia kemudian pergi ke Pulau Utoeya dengan mengenakan seragam polisi dan melepas tembakan secara serampangan ke arah peserta perkemahan pemuda yang dilakukan Partai Buruh yang memerintah di Norwegia.

Dalam serangan di pulau itu, 69 orang tewas dan sebanyak 34 orang adalah anak muda berusia antara 14 hingga 17 tahun. Puluhan lainnya menderita luka-luka.

Dia menghadapi ancaman hukuman 21 tahun penjara yang bisa diperpanjang sehingga berada di dalam penjara sepanjang hidupnya.

Ruang sidang untuk Breivik ini disengaja dibangun khusus dengan kapasitas 200 pengunjung. Sebuah dinding kaca ditempatkan untuk memisahkan para korban dan keluarga korban dari Breivik.

Mekanisme perlindungan


Sebuah tugu peringatan mengenang para korban dibangun di Pulau Utoeya, Norwegia.
Breivik mengakui telah membunuh 77 orang namun menolak jika dia dianggap melakukan kejahatan. Dia mengatakan tengah melindungi Norwegia dari ancaman multikulturalisme.

Dia mengatakan telah melakukan sebuah aksi penting saat melakukan pengeboman kantor pemerintah di Oslo.

"Namun penembakan Utoeya menjadi yang terpenting saat kantor pemerintah tidak ambruk seperti yang direncanakan," ujarnya.

Hukuman Breivik tergantung keputusan pengadilan soal kewarasannya. Jika waras maka Breivik akan menghadapi hukuman penjara, namun jika dianggap gila maka dia akan dikirim ke rumah sakit jiwa.

Breivik sendiri mengaku dirinya tidak gila namun dia adalah pelaku politik ekstrim.

Dalam pernyataan lain di depan pengadilan, Breivik mengaku dia adalah manusia normal dalam situasi normal dan sangat peduli dengan orang di sekitarnya.
Dia juga memahami bahwa kesaksian yang dipaparkan di pengadilan membuat orang lain ketakutan.

Tetapi, lanjut Breivik, dia telah menjalani program 'dehumanisasi' pada 2006 untuk mempersiapkan dirinya melakukan pembunuhan.

Pria berusia 33 tahun itu menambahkan memunculkan empati sangat tidak mungkin, karena dia akan ambruk secara mental jika mencoba memahami apa yang telah dia lakukan.

Saat ditanya apakah dia pernah merasakan kesedihan, Breivik mengatakan dirinya pernah berada dalam sebuah situasi menyedihkan.
"Saat pemakaman saudara teman saya. Itulah saat yang paling menyedihkan," ujar Breivik.

Para ahli jiwa mengatakan Breivik mengidap paranoid schizophrenia, yang meyakini ia telah dipilih untuk menyelamatkan rakyat Norwegia.
Breivik juga yakin ia berhak untuk menentukan mana yang seharusnya dibiarkan hidup dan mana yang harus mati.

Kesimpulan tim psikiater yang tercantum dalam laporan setebal 243 halaman ini akan diuji oleh satu tim panel organisasi medis Norwegia.

Meski dinyatakan tidak sehat secara kejiwaan, ia masih akan menjalani persidangan April tahun depan dalam kasus ledakan bom di Oslo dan penembakan puluhan orang di Pulau Utoeya.

Breivik telah mengakui dakwaan yang dijatuhkan kepadanya namun menegaskan dirinya tidak bersalah.

Rumah sakit jiwa

Breivik mengatakan tindakan yang ia ambil bisa dikatakan kejam namun merasa tindakan tersebut perlu diambil.

Namun besar kemungkinan ia akan dikirim ke rumah sakit jiwa, bukan ke penjara, setelah menjalani proses hukum.

Sebelum keterangan resmi mengenai kondisi kejiwaan Breivik diumumkan, pengacaranya mengatakan Breivik tidak boleh dibiarkan bebas.

"Untuk kasus ini, apa pun kesimpulannya, Breivik harus tetap dikurung," kata John Christian Elden, pengacara Breivik.

"Jangan biarkan ia bebas di luar," tandasnya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Analisa yuk ...

Anders Breivik termasuk dalam kategori abnormal dengan penyakit kejiwaan yaitu skizofrenia paranoid dan dipertegas juga oleh tim psikiater yang memeriksa breivik. Adapun ciri-ciri skizofrenia paranoid antara lain :

1.     Breivik mengalami halusinasi yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. Misalnya breivik mendengar 100 suara di kepalanya agar mengurungkan niatnya untuk menembak korban pertamanya, namun setelah sempat ragu, akhirnya breivik tetap menembak korban pertamanya dan t6erus berlanjut hingga korban yang terakhir.

2.   Breivik mengalami waham kebesaran (delusion of grandeur) yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting. Misalnya, Breivik sendiri mengaku dirinya tidak gila namun dia adalah pelaku politik ekstrim dan juga dia merasa telah menjalani program 'dehumanisasi' pada tahun 2006 untuk mempersiapkan dirinya melakukan pembunuhan.

3.   Breivik mengalami waham pengaruh (delusion of influences) yaitu keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Misalnya, breivik mengatakan tengah melindungi Norwegia dari ancaman multikulturalisme dan breivik juga mengatakan telah melakukan sebuah aksi penting saat melakukan pengeboman kantor pemerintah di Oslo. Breivik juga yakin ia berhak untuk menentukan mana yang seharusnya dibiarkan hidup dan mana yang harus mati.

4.  Adanya gangguan emosi, yaitu diperlihatkan dalam Selama persidangan, Breivik tampak tidak memperlihatkan emosi namun meneteskan air mata ketika pengadilan memutar video anti-Islam sepanjang 12 menit yang diterbitkannya di internet pada hari penyerangan.

5. Adanya gangguan afektif, yaitu breivik tidak merasakan rasa empati, itu juga ditunjukkannya selama persidangan, karena jika dia merasakan empati tersebut, dia akan ambruk secara mental jika mencoba memahami apa yang telah dia lakukan. Breivik hanya pernah merasakan kesedihan saat pemakaman saudara temannya.


Notes :

Breivik mengaku melakukan serangan bom di Oslo dan menembaki para peserta perkemahan pemuda di Pulau Utoeya, namun menyatakan tidak bersalah atas dakwaan teror dan pembunuhan massal. Breivik mengatakan berjuang untuk membela Eropa dari invasi orang-orang Islam. Invasi Muslim ini, kata Breivik, dimungkinkan oleh kebijakan yang terapkan Partai Buruh di Norwegia dan Uni Eropa.

Dalam surat yang ditulis oleh Anders Breivik, bahwa dikirim ke rumah sakit jiwa merupakan nasib yang lebih buruk daripada hukuman mati.

Menurut breivik ,"Mengirim seorang aktivis politik ke rumah sakit jiwa lebih sadis dan lebih jahat dari membunuhnya ! karena hal itu merupakan nasib yang lebih buruk dari kematian.










Sumber :