Analisis
film :
Film yang
dibintangi oleh Russell Crowe dan dibantu oleh aktor – aktor terkenal seperti
Ed Harris, Jennifer Connelly, Christopher Plummer, dan Paul Bettany ini telah
memenangi Academy Award. Meskipun peluncuran film ini pada tahun 2001 silam,
tapi keindahan alur ceritanya yang berbobot patut ditonton berulang kali. Film
ini bercerita tentang John Nash yang diperankan oleh Russel Crowe sebagai
seorang matematikawan peraih nobel. Perjalanan hidupnya dihadang oleh sebuah
penyakit psikologis yang disebut skizofrenia. Penyakit ini ditandai dengan
gejala – gejala seperti hilangnya kemampuan bersosialisasi, menarik diri dari
pergaulan, delusi (keyakinan yang salah), dan halusinasi.
Film diawali
saat John Nash masih menjadi seorang mahasiswa di perguruan tinggi ternama,
Princeton. Sebagai mahasiswa, John termasuk unik. Dia tidak suka belajar
dikelas. Lebih suka belajar secara otodidak. Mencari dan mengamati sekitar demi
mendapatkan ide kreativitasnya secara alami, untuk meraih gelar doktornya.
Namun tak
banyak yang menyadari, John juga merupakan penderita skizofrenia. Suatu
penyakit mental yang gejalanya antara lain, tidak dapat membedakan antara
halusinasi dan kenyataan, memiliki keyakinan yang salah atau delusi, menarik
diri dari pergaulan, serta kemampuan bersosialisasinya menghilang. Penyakit
John ini semakin parah saat dia mulai bekerja di Wheller Defense Lab di MIT,
sebuah pusat penelitian bergengsi.
Di tengah
persaingan ketat, Nash mendapat teman sekamar yang sangat memakluminya, Charles
Herman yang memiliki keponakan seorang gadis cilik Marcee. Nash yang amat
terobsesi dengan matematika sampai-sampai menulis berbagai rumus di kaca
jendela kamar dan perpustakaan akhirnya secara tidak sengaja berhasil menemukan
konsep baru yang bertentangan dengan teori bapak ekonomi modern dunia, Adam
Smith. Konsep inilah yang dinamakannya dengan teori keseimbangan, yang
mengantarkannya meraih gelar doktor. Mimpi Nash menjadi kenyataan. Tak hanya
meraih gelar doktor, ia berhasil diterima sebagai peneliti dan pengajar di MIT.
Hidup Nash
mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang dikirim
tentara Sovyet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen
rahasia ini, ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini
membuat Nash terobsesi sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.
Alicia Larde,
seorang mahasiswinya yang cantik, yang membuatnya sadar bahwa ia juga
membutuhkan cinta. Ketika pasangan ini menikah, Nash justru semakin parah dan
merasa terus berada dalam ancaman bahaya gara-gara pekerjaannya sebagai agen
rahasia. Nash semakin hari semakin terlihat aneh dan ketakutan, sampai akhirnya
ketika ia sedang membawakan makalahnya di sebuah seminar di Harvard, Dr Rosen
seorang ahli jiwa menangkap dan membawanya ke rumah sakit jiwa. Dari situlah
terungkap, Nash mengidap paranoid schizophrenia. Beberapa kejadian yang dialami
Nash selama ini hanya khayalan belaka. Tak pernah ada teman sekamar, Herman dan
keponakannya yang menggemaskan, Marcee ataupun Parcher dengan proyek
rahasianya.
Untungnya,
Alicia adalah seorang istri setia yang tidak pernah lelah memberi semangat pada
suaminya. Dengan dorongan semangat serta cinta kasih yang tidak pernah habis
dari Alicia, Nash bangkit dan berjuang melawan penyakitnya.
Namun alur
kisah berjalan apik dan cukup menguras emosi. Terutama saat sosok sang istri
berada dibatas keputusasaannya saat mengetahui kondisi jiwa sang suami.
Ternyata pekerjaan sebagai mata-mata pentagon adalah sebuah ilusi dan bukan
realitas sebenarnya. Inilah masalah terberat yang dialami para
skizofrenia, karena beberapa realitas yang mereka alami adalah sebuah
ilusi.
Diperankan
dengan sangat baik oleh aktor papan atas Russel Crowe sebagai John Nash, dan
Jennifer Conelli sebagai istrinya. Film ini patut ditonton karena menambah
pengetahuan kita, bagaimana perjuangan seorang skizofrenia dalam mengatasi
situasi dirinya.
Terutama efek
penyakit yang diderita terhadap orang-orang disekelilingnya. Penderita
skizofrenia sebenarnya menyadari keganjilan-keganjilan dirinya, meski tidak
mampu memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Digambarkan
pula bagaimana orang-orang terdekatlah yang diharapkan mampu menjadi pilar atau
hal utama kesembuhannya. Karena seorang skizofrenia pada dasarnya sangat
membutuhkan pengertian mendalam orang-orang dekatnya, agar mampu meyakini
dirinya bahwa dia bisa sembuh. Namun terapi medis juga tetap diperlukan agar
kesembuhan mencapai tarafnya kearah yang lebih baik.
Meskipun tidak
semua penyakit skizofrenia mudah disembuhkan dalam hitungan setahun dua tahun,
melainkan bertahun-tahun lamanya, namun lewat film ini kita sebagai manusia
normal sepatutnya tidak langsung menganggap bahwa penderita skizofrenia adalah
penyakit gila turunan atau penyakit yang hanya diderita oleh orang-orang
tertentu saja. Karena dengan situasi mental yang rapuh dan stimulan otak alam
bawah sadar yang tidak sinkronisasi dalam aliran energinya, penyakit ini bisa
menyerang siapapun. Film produksi tahun 2001 ini dengan sangat jelas
menggambarkan semua itu.
Film ini
adalah hasil saduran dari buku biografi karya Sylvia Nassar, untuk mengenang
John Nash. Film ini diakhiri dengan adegan John Nash ketika menerima hadiah
Nobel di Swedia pada tahun 1994 untuk teori ekulibriumnya yang banyak berjasa
pada teori-teori ekonomi.
Ia menutup
penganugerahan tersebut dengan mengatakan: “Aku selalu percaya akan angka.
Dalam persamaan dan logika, yang membawa pada akal sehat. Tapi setelah seumur
hidup mengejar, aku bertanya, apa logika sebenarnya? Siapa yang memutuskan apa
yang masuk akal? Pencarianku membawaku ke alam fisik, metafisik, delusional.
Telah kudapatkan penemuan penting dalam karirku, hidupku. Hanya dipersamaan
misterius cinta, alasan logis bisa ditemukan”.
ANALISA :
Dari film tersebut dapat diketahui bahwa John Nash menderita skizofrenia paranoid, yang ditandai dengan simptom – simptom atau indikasi sebagai berikut:
Dari film tersebut dapat diketahui bahwa John Nash menderita skizofrenia paranoid, yang ditandai dengan simptom – simptom atau indikasi sebagai berikut:
1. adanya delusi atau
waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.
- Waham Kejar (delusion
of persecution), yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu
sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya, dalam film tersebut yaitu
agen pemerintah dan mata – mata rusia. Waham ini menjadikannya paranoid, yang
selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa
diperhatikan, diikuti, serta diawasi.
- Waham Kebesaran
(delusion of grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu
kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting. John Nash menganggap
dirinya adalah pemecah kode rahasia terbaik dan mata – mata atau agen rahasia.
- Waham Pengaruh
(delusion of influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar
sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang menunjukkan
waham ini yaitu ketika disuruh membunuh istrinya, ketika disuruh menunjukkan
bahwa dia jenius, dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti oleh para teman
halusinasinya.
2. adanya halusinasi,
yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal
kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami halusinasi
bertemu dengan tiga orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles Herman
(teman sekamarnya), William Parcher (agen pemerintah) dan Marcee (keponakan
Charles Herman). Selain itu juga laboratorium rahasia, dan juga nomer kode yang
dipasang pada tangannya.
3. gejala motorik dapat
dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan gerakan tangan,
jari dan lengan yg aneh. Indikasi ini sangat jelas ketika John Nash
berkenalan dengan teman – temannya dan juga jika dilihat dari cara berjalannya.
4. adanya gangguan emosi,
adegan yang paling jelas yaitu ketika John Nash menggendong anaknya dengan
tanpa emosi sedikitpun.
5. social withdrawl
(penarikan sosial), John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti
orang – orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang
lain tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.
Stressor atau kejadian –
kejadian yang menekan yang membuat skizofrenia John Nash bertambah
parah, yaitu :
- Kalah bermain dari temannya
- Merasa gagal berprestasi untuk
mendapatkan cita – citanya
- Merasa tidak dapat melayani
istrinya
- Tidak bisa bekerja atau
mendapatkan pekerjaan kembali
Karakter Pribadi John
Nash, yaitu:
- Pemalu, introvert, penyendiri,
rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain), kaku, tidak suka bergaul
(tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari lingkungan sosial.
- Dalam kenyataannya (cerita sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi yang pemarah, suka bermain wanita, keras, kaku dan antisemit.
- Dalam kenyataannya (cerita sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi yang pemarah, suka bermain wanita, keras, kaku dan antisemit.
Dalam film
tersebut John Nash dibawa ke rumah sakit jiwa dan mendapatkan perawatan ECT
(Electroshock Therapy) atau terapi elektrokonvulsif 5 kali seminggu
selama 10 minggu. ECT merupakan terapi yang sering digunakan pada tahun 1940 –
1960 sebelum obat antipsikotik dan anti depresan mudah diperoleh. Cara kerja
terapi ini yaitu mengalirkan arus listrik berdaya sangat rendah ke otak yang
cukup untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Kejang
inilah yang menjadi terapetik bukan arus listriknya. Sebelum dilakukan ECT
pasien disuntikkan insulin sebagai pelemas otot yang akan mencegah spasme
konvulsif otot-otot tubuh dan kemungkinan cedera. Efek samping penggunaan ECT
adalah kelupaan atau gangguan memori. Efek samping ini dapat dihindari dengan
menjaga rendahnya arus listrik yang dialirkan.
Setelah
menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di rumah
dengan Obat Psikoterapetik. Obat ini harus terus diminum
secara teratur oleh penderita skizofrenia. Meskipun obat ini tidak dapat
menyembuhkan skizofrenia, namun obat – obat antipsikotik akan membantu penderita
untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi, serta memulihkan proses berpikir
rasional. Cara kerja obat – obat antipsikotik yaitu menghambat reseptor dopamin
dalam otak. Efek dari pemakaian obat tersebut yaitu : Sulit berkosentrasi,
menghambat proses berpikir, tidak memiliki gairah seksual.
Selain terapi biologis, John Nash juga
mendapat terapi dari istrinya yaitu berupa dukungan sosial yang diberikan
kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai berinteraksi sosial
(dengan tukang sampah), dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus
berusaha. Terapi Sosial ini sangat membantu penderita skizofrenia dalam
menghadapi peristiwa – peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita.
notes :
Sampai saat ini
Skizofrenia adalah salah satu penyakit mental yang belum diketahui pasti
penyebabnya. Bukti terbaru mengatakan bahwa struktur maupun aktivitas otak
penderitanya adalah abnormal, namun demikian selain penyebab genetik (biologis)
bisa dimungkinkan bahwa skizofrenia juga disebabkan oleh faktor sosial dan
psikologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar